Jumat, 14 Oktober 2011

Komparasi Honda CBR 250R non ABS vs 150R, Beda Karakter!



Honda CBR 250R non Antilock Brake System (ABS) dan CBR 150R cuma terpaut tipis masalah harga. CBR 250R non ABS dilepas Rp 39,9 juta, sedang CB 150R dijual Rp 33 juta. Cuma terpaut Rp 6,9 juta saja.

Jadinya pilih yang mana? Tentunya sesuaikan dengan kebutuhan. Jangan sampai salah pilih lalu menyesal di kemudian hari. Yuk simak ulasannya!

Antara Sporty dan Elegan

Secara bentuk memang bagai pinang di belah dua. Tapi membelah pinangnya besar sebelah ya! Meski mirip, CBR 250R punya dimensi lebih gambot. Ulasan komparasi desain kedua motor ini sudah pernah dikupas pada tulisan sebelumnya.

Perbedaan fitur misalnya aplikasi lampu depan tanpa saklar di CBR 150R, sedang CBR 250R masih pakai saklar. Lalu kunci kontak dan setang dengan pelindung magnet ada pada CBR 150R, di CBR 250R fitur ini nihil.

Pilihan warnanya juga beda. CBR 250R tampil lebih elegan dengan pilihan warna merah, silver dan hitam. Kesemuanya bernuansa metalik dengan paduan warna silver. Sedang CBR 150R punya pilihan warna sporty; merah, hitam dan kombinasi merah-biru-putih.

Handling

Duduk diatas jok kedua motor ini, pasti Honda CBR 150R lebih bersahabat untuk pengendara bertubuh tak terlalu besar. Tinggi joknya hampir sama tapi CBR 250R lebih lebar sehingga kaki harus sedikit lebih dibuka, jadinya kaki harus sedikit menjinjit untuk tinggi pengendara tak lebih dari 165cm.

Handlingnya, CBR 150R dipastikan lebih lincah. Bobotnya lebih ringan, hanya 138 kg, sedang CBR 250R mencapai 161 kg. Belum lagi sumbu roda yang lebih pendek. CBR 250R punya jarak 1.370 mm, CBR 150R hanya 1.310 mm. Meliuk di kemacetan lebih santai, tak perlu tenaga ekstra.

Melibas tikungan CBR 250R lebih mantab. Yang membedakan, suspensi belakang CBR 150R lebih lembut ketimbang CBR 250R. Pantat motor mudah mengayun ketika melibas tikungan dan ada jalanan tak rata.

Akselerasi CBR 250R Lebih Galak

Bicara performa, beda juga karakternya. Kalau yang suka akselerasi dan stop an go pasti bakal lebih kerasan dengan performa mesin 250 cc satu silinder pada CBR 250R. Putaran bawah CBR 250R lebih galak.

Sedang CBR 150R lebih enak di putaran atas. Torsi maksimum 12,66 Nm-nya ada di 8.500 rpm makanya baru enak di 6.000 sampai 7.000 rpm ke atas. Jadi sang pengendara harus pandai-pandai menempatkan gigi sesuai dengan kecepatan dan putaran mesin untuk mendapatkan performa yang mengigit.

Untuk membuktikan tarikan bawah CBR 250R lebih yahud, dilakukan pengetesan dengan menggunakan alat ukur Vericom VC-3000. Untuk mencapai kecepatan dari 0 – 60 km/jam, CBR 150R butuh waktu 4,4 detik. Sedang CBR 250R yang isi silinder lebih besar 100 cc, hanya 3,3 detik.

Satu lagi yang menjadi catatan dalam komparasi ini adalah suhu mesin kedua motor ini selalu stabil. Suhunya tidak pernah lebih dari tiga bar dari total 6 bar pada indikator suhu mesin. Rasanya kipas electric di radiator cukup membantu mendinginkan mesin.

CBR 150R Unggul Konsumsi BBM

Sebelumnya pernah melakukan pengetesan konsumsi BBM sendiri-sendiri, kali ini dibuat bersamaan. Jangan heran kalau hasilnya sedikit berbeda. Menempuh rute yang bervariasi, melalui jalur padat kemacetan dan ketika ketemu jalan lurus yang sepi, motor dipacu maksimal.

Hasilnya, meski sama-sama mengusung sistem injeksi PGM-Fi, CBR 150R lebih unggul dengan 1 liter Pertamax untuk 35 km. Sedang CBR 250R, sedikit lebih haus. Karena 1 liter Pertamax akan habis usai berlari 32 km.


Salam OneHeart...

Kamis, 13 Oktober 2011

Mengenal Honda Variable Ignition Control Pada New Blade 110R



Salah satu fitur unggulan pada Honda New Blade 110R adalah Honda Variable Ignition Control (HVIC). Dengan teknologi ini, Blade baru punya dua mapping pengapian yang berbeda. Nah loh, penasaran kan?

Kita tanya langsung pada ahlinya. "Ya, CDI-nya memiliki dua mapping pengapian yang berbeda sesuai dengan putaran mesin.

Dua mapping pengapian ini bisa dilihat pada grafik diatas. Ada dua garis beda warna. Yang biru adalah mapping low dan yang merah adalah mapping high. Keduanya bekerja dalam kondisi yang berbeda. Perbedaan mapping ini ada pada putaran mesin 2.200 rpm hingga 6.500 rpm.

Saat pengendara agresif membuka dan menutup throttle grip, atau ketika ada perubahan putaran mesin sesaat seperti ketika akselerasi dan deselerasi maka map CDI akan secara otomatis berubah ke high.  Sedang ketika pengendara membuka-tutup throttle grip dengan halus atau berkendara dalam keadaan konstan maka map CDI berpindah ke low.

Hal ini tentu dapat memaksimalkan performa khususnya ketika berakselerasi, sekaligus tetap mempertahankan efisiensi konsumsi bahan bakar ketika motor berlari dalam kecepatan konstan.

Yang menarik adalah, perubahan map ini langsung berdasarkan pada putaran mesin dan dibaca secara electric. Bukan menggunakan sensor mekanis seperti pada Honda Supra X 125 yang masih menggunakan TSS (throtle switch system) di karburator.

"Sudah tidak menggunakan TSS dan sebagai gantinya, map berubah sesuai putaran mesin yang langsung dibaca dari putaran magnet,".

Salam OneHeart...